أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa 59) .
Ayat ini sering dimunculkan ketika terjadi perbedaan pendapat ketika menentukan Ramadhan atau 1 Syawal. Sedangkan Allah SWT di dalam QS. Al Baraqah 185 menyuruh kita berpatokan pada bulan baru atau New Moon atau biasa dikenal dengan hilal di dalam menentukan awal pergantian hitungan satu bulan.
Zaman sekarang tidak perlu mempersoalkan apakah bulan tertutup awan atau tidak, semua bisa dilihat melalui satelit atau melalu perhitungan secara 3D di berbagai website terpercaya. QS. An-Nisa 59 pula sering dipergunakan dengan tujuan agar perdebatan menjadi berhenti dan ikut "Ulil Amri Minkum" saja, padahal pengertian "Pemegang Kekuasaan Diantaramu" Negara ini adalah RAKYAT, karena INDONESIA adalah Negara DEMOKRASI. Jadi oleh sebab itu Rakyat lah yang harus lebih cerdas dan mampu berpiikir dengan baik dan benar. Pendapat bahwa pemerintah menanggung dosa apabila salah juga, harus kita kaji lebih lanjut. Berdasarkan QS. An-Najm 38 :
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَٰ
bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain
Berdasarkan ayat ini, Dosa itu tidak akan ditanggung oleh orang lain, kitalah yang akan mempertanggungjawabkannya secara individu. Allah SWT memberikan akal bukan hanya sekedar accesories, tapi alat berpikir di dalam membedakan antara Haq dan Bathil.
[Drentaga]
[Drentaga]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar